“KESETIAAN TUHAN YANG TAK TERBENDUNG”

Nyanyian Sion adalah nyanyian pujian yang mengagungkan keindahan Sion dan kedaulatan Tuhan, yang memerintah dari gunung suci-Nya. Sion mewakili kehadiran Allah yang hidup di antara umat-Nya.

Ketidaksetiaan umat tidak mencegah Allah menjaga iman umat-Nya & memenuhi janji-janji-Nya. Namun, individu & kelompok yang tidak bertobat dikecualikan dari berkat-berkat perjanjian. Tidak ada janji Allah di dalam Firman-Nya yang tidak akan digenapi.

Kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya memimpin pemazmur untuk menegaskan ketidakberdayaan berhala dan supremasi Tuhan di dunia. Sebagai Pencipta dan Penebus kita, hanya Allah yang harus disembah

Israel digambarkan sebagai kebun anggur yang dicabut Tuhan dari Mesir, tanah penindasan, dipindahkan ke Tanah Perjanjian. Di Mazmur 80, kebun anggur Tuhan berada di bawah murka-Nya. Tuhan memanggil umat-Nya yang telah tersesat, kembali kepada-Nya.

Peristiwa sejarah di Mazmur adalah pelajaran bagaimana Allah menunjukkan kesabaran & kasih karunia-Nya yang luar biasa dalam menyelamatkan. Betapa pentingnya perantaraan Kristus atas nama orang percaya. Kasih setia Allah selalu menang atas dosa manusia.

Untuk benar-benar memuji Allah, umat Allah perlu mengetahui fakta sejarah mereka. Sejarah memberikan validasi untuk iman kita dan alasan yang tak terhitung jumlahnya untuk memuji Tuhan.

Banyak bentuk ketidaksetiaan Israel kepada Allah, terutama penyembahan berhala. Sangat berbeda dengan kesabaran dan kasih karunia Tuhan yang tak terbatas. Usaha manusia yang tidak disertai dengan kesetiaan kepada Allah akan berakhir dengan kegagalan.

Setiap generasi umat Allah memainkan peran kecil namun signifikan dalam penyingkapan sejarah agung dari tujuan kedaulatan Allah dalam pertentangan besar.

Dengan kemanusiaan-Nya, Kristus menjamah manusia; dengan Keilahian-Nya Kristus berpegang pada takhta Allah. Selaku Anak manusia, Kristus memberi kepada kita sebuah contoh penurutan; selaku Putera Allah, Ia memberikan kepada kita kuasa untuk menurut.

Allah menganugerahi Mesias dengan jabatan raja yang kekal dan imamat dengan kedudukan yang lebih tinggi, menurut Melkisedek.